What I've learn about life from "Little Women" prespective

Warning! Tulisan ini mengandung spoiler dari film "Little Women"

Setelah tamat kuliah aku memutuskan untuk langsung cari kerja online maupun offline, aku menyiapkan semua berkas yang akan dipakai untuk melamar, terutama cv yang menjadi kunci untuk dilirik HR...

Tapi dalam hati, aku tau posisi yang kulamar bukan sepenuhnya posisi yg aku benar benar inginkan untuk kerja kedepannya, ada satu pekerjaan yang paling... palingg aku pengenin sedari awal lulus, tapi pekerjaan ini sebenarnya butuh proses untuk dicapai, salah satunya adalah tools dan pengalaman. Masalahnya adalah aku belum punya tools untuk memulai mencari pengalaman, padahal itu adalah key for this job. Jadi akhirnya aku putuskanlah untuk memulai dari zero after graduate, aku langsung fokus untuk cari kerja apapun yang bisa menghasilkan money untuk membeli tools yg aku butuhkan for my exact dream job. Meskipun memang proses nya bakal panjang kedepannya but i believe i can get what i want... 

So, anyways hari ini aku baru selesai menonton film LITTLE WOMEN as u know film ini katanya terinspirasi dari kejadian nyata yang sebelumnya dirilis dalam bentuk novel, dan diadaptasi ke film, jadi disini aku tidak menceritakan dari prespektif buku tapi dari film nya yg kunonton. Aku awalnya gk begitu niat sih nonton karna aku tahu belakangan ini aku gk pernah benar2 niat mau nonton film, aku biasa nonton paling cuman sampe di pertengahan film, dan langsung berhenti gk pernah benar2 mau tamtkan sampe ke ending film, idk why mngkin mostly film yang aku nonton udah bisa ketebak alurnya bakal gimana. Tapi film the little women yang ini agak beda dari yang aku expect sebelumnya.. di awal film dibuka dengan quote:

"I've had lots of troubles, so I write jolly tales"

Yang kurang lebih artinya dalam bahasa Indonesia adalah "aku punya banyak masalah maka aku menulis kisah2 gembira".

Jadi kurang lebih filmnya ini menceritakan tentang struggle empat wanita bersaudara yang hidup di era perang saudara di US atau bahasa inggrisnya civil war. Mereka hidup sederhana bersama satu Ibu dan satu pelayan yang sebenarnya sudah dianggap keluarga oleh mereka, mereka punya bakat masing2 kaya si pemeran utama yang namanya Joy dia sangat suka menulis atau membuat cerita fiksi, Amy dia berbakat melukis, beth si paling bungsu yang sangat suka main piano, dan Meg yang aku kurang tahu dia berbakat apa tapi dia yang paling dewasa dan penyayang intinya sangat feminim bgt lah sifatnya. So mereka punya mimpi masing2, dan Joy yang selalu pengen banget jadi sosok wanita penulis yang sukses, dia percaya kalau wanita itu bisa sukses dan bahagia bahkan tampa menikah atau tinggal dengan pasangan hidup, dia punya pendirian kalau kelak nanti dia ingin sukses tampa harus tergantung dari orang lain (suami).  Jadi dia terus bekerja keras dan menjual cerita yang ia tulis ke penerbit di New York.

Tapi ternyata seiring berjalannya waktu, Joy sadar kalau bagaimanapun dia gk bisa untuk membohongi dirinya sendiri, dia tahu kalau dia sebagai wanita juga butuh untuk dicintai, dia mulai merasa kesepian, apalagi semenjak kematian salah satu saudari bungsunya, intinya diakhir film dia tetap menikahi salah satu cowok yang dia temui semasa merantau ke New York, trus dia bangun sekolah di kampung halamannya. The point is ending-nya sangat bahagialah.

Nah aku lumayan banyak dapat kaya apayah istilahnya.... Kaya semacam sadar lah dari nonton film ini, selain dari proses hidup yang dilewatin keempat karakter bersaudara di film ini, aku juga dapat kaya cerminan bagaimana jadinya kalau kita itu diasuh oleh orang tua yang benar2 bisa asuh anak... tau gk sih, well I don't know how to say it personally, but karakter "Mama" dari keempat sodara ini tuh sangat sangat sabar bgt dan suport sama keempat anaknya, dia gk pernah beda2 in apalagi kaya banding-bandingin kesuksesan anak2 nya. Intinya dia cuman kaya sosok mama yang u know:  hangat, sabar, penyayang, kuat, sederhana, intinya all the positive lah buat nge-describe her personality. Dan menurut aku ini adalah gift bgt buat seorang anak dilahirin oleh sosok Mama yang punya karakter seperti itu, karena sebagai pemeran utama diceritain kalau si Joy belum bisa move on dari masa lalunya selama hidup dengan keluarganya, jadi saat dia menghabiskan banyak waktu merantau ke New York dia benar2 home sick.

Ada satu scene yang aku kaya gimana ya antara mau nangis atau feel triggered, saat si Joy yang sangat marah ke si Amy karna si Amy bakar tulisannya dia dengan sengaja hanya gara2 gk diajak nonton theater sama si lawrence (cowok kaya tinggal di seberang rumah mereka). Trus besoknya si Amy tercebur di danau es, tapi untungnya selamat karna si Joy cepat sadar kalau adiknya tercebur, trus malamnya si Joy menyesal karena marah sebelumnya ke si Amy sampe Amy harus mengalami kecelakaan gara2 dia, tapi di scene ini aku salut dengan Mamanya dimana dia gk marahin baik dari amy maupun si joy, dia bilang sama Joy kalau  sifat pemarahnya itu mirip sama sifat Mamanya pas masih muda dulu, trus si Joy blg kalo Mamanya sangat sabar, tapi Mamanya blg kalau dia sabar karna dia coba untuk merubah sifatnya dan coba untuk mengendalikan amarahnya. Yang aku pikirkan saat liat scene ini adalah "sumpah mamanya keren bgt" kaya kalian bayangin gk sih? Betapa privilege dapat Mama kaya dia. 

"Meskipun aku belum mendapatkan kesempatan untuk dapat sosok Mama kaya di Little Woman, at least, aku bisa belajar menjadi sosok orang tua yang lebih baik di masa depan if i had a chance to became parent".

Point kedua selain dari sifat Mamanya yang buat aku belajar dari film ini, aku juga banyak belajar tentang proses kehidupan yang dijalanin dari sudut pandang pemeran utamanya si Joy, terutama proses dia mengejar mimpinya yang menjadi seorang wanita independent dan sukses. Aku sangat suka point di mana Joy ber-prespektif bahwa wanita itu gk harus tentang kecantikan dan menikah, kadangkala orang melihat bahwa (terutama dimasa abad pertengahan) wanita dipandang sebelah mata, semcam kita gk bisa jadi apa2 kalau belum menikah, bahkan di masa sekarangpun banyak aku liat kejadian seperti ini, wanita yang masih lajang di usia diatas 28 banyak ditanyai seputar keputusan menikah, dengan alasan yang kurang lebih sama yaitu gk bakal bahagia atau gk bakal sanggup hidup sendiri, dan mirisnya kebanyakan dapat nasihat dari sesama wanita lain, padahal menurut aku hidup itu pilihan, mau menikah atau gk, mau mengejar karir atau bangun keluarga, mau lanjut pendidikan atau fokus ke karir, dan lain2 itu pilihan masing2 orang, kita berhak (baik itu pria ataupun wanita) untuk memutuskan apa yang kita ingini dalam hidup, dan itu gk bisa dirampas dari kita. Kebebasan untuk memilih kita mau jadi apa dan bakal sama siapa, it's our decision. Cuman mirisnya juga di masa sekarang, banyak orang yang stuck di kehidupan yang gk pengen mereka jalanin (aku salah satunya, TBH 😀) kita terus hidup di masa depan, terus bermimpi akan keluar dari lingkarang rutinitas berulang, bahkan dari toxic relationship baik itu keluarga maupun pasangan. Dari hal ini membuat kita susah buat bahagia, terus mencari kebahagiaan dengan membuat skenario masa depan di pikiran kita dan berharap akan kenyataan suatu saat nanti, dan parahnya saat kita sudah benar2 di titik stress, kita mencoba mengalihkannya dengan scroll trough social media dan gk butuh orang lain untuk menyakiti perasaan kita, kita menyakiti perasaan sendiri dengan membandingkan pencapaian orang lain melalui instagram or facebook or whatever yang kita lihat dengan pencapaian kita saat ini, kita muncul perasaan stress, mencemooh diri, anxiety, fomo, bahkan membenci kehidupan kita saat ini. Ini aku alami bahkan saat ini dan rasanya sangat sulit buat bahagia, aku terus mencari dan mencari.. dan i know that kebahagiaan itu gk akan pernah kita raih kalau kita terus mencarinya, kebahagiaan itu ada dan exist gk perlu dicari.

Aku belajar bahwa gk selamanya apa yang kita harapkan itu akan sesuai dengan apa yang akan kita dapat dimasa depan. Ada satu scene di mana Joy berbincang dnegan tantenya,  bibi march yang gk nikah2 bahasa lainnya "perawan tua" gara2 dia menghabiskan masa hidupnya untuk fokus bekerja dan hemat pake uang, dia mengumpulkan uang untuk membelli rumah dan hidup sendiri jadi orang kaya. Joy sering diundang oleh bibinya untuk datang kerumahnya membacakan buku cerita, disitu mereka bercakap, yang aku ingat bibinya bilang kalau org itu gk bisa berhasil dari dirinya sendiri mereka perlu sosok orang lain (suami) bisa jadi dengan menikahi pria kaya. Joy gk setuju dengan bibinya karena dia masih berpikir bahwa dia bisa sukses seperti bibinya tampa menikahi orang kaya. Intinya si Joy terus memegang pendiriannya, kalau dia gk bakal jatuh cinta, trus suatu hari Lawrence mengungkapkan perasaan ke dia. Tapi Joy menolak karna dia pikir dia gk mau nikah, dia mau kejar mimpinya. Dan ada masa di mana Joy sangat merasa down, masa di mana dia kehilangan adik bungsunya Beth yang meninggal karena sakit, dia juga kehilangan sosok orang yang terlambat dia sadari kalau dia alr fallig in love with. Disini dia mulai sadar kalau dia kesepian dan kaya rapuh banget, tapi dia kemudian tiba2 terlintas ide buat menulis cerita tentang kehidupan yang dia jalani bersama saudari2 nya. Dan betul saja novel yang dia kerjakan di masa2 down nya itu dengan begadang selama beberapa hari membuahkan hasil, penerbit kemudian menerima hasil ceritanya tapi dengan syarat kalau si pemeran utamanya harus menikah supaya endingnya berakhir bahagia, disitu Joy kemudian sadar bahwa memang dia juga butuh untuk dicintai oleh orang lain. Dia kemudian sukses menerbitkan bukunya, dan mendirikan sekolah dari rumah bibi march yang diwariskan ke dia. Aku belajar dari scene ini bahwa kadang memang saat kita down itu kita gk boleh bener2 terpuruk ada masanya kita buat bangkit dan mungkin membuat sesuatu yang  luar biasa, tampa kita sadari mungkin di masa down itu kita hanya diuji apakah akan menyerah atau terus berjuang demi raih apa yang benar2 kita mau capai.

 


Film little women banyak mengajarkan kita tentang kebaikan, perjuangan, kesabaran, bahkan tentang cinta. Gk selamanya org miskin yang gk punya banyak harta akan menjalani hidup dengan kesedihan, karena harta paling berharga adalah kehadiran orang yang kita sayang, orang2 yang membuat kita merasa kita benar2 berada di rumah, orang2 yang membuat kita gk bisa move on buat melanjutkan hari esok tampa mereka, mugkin memang masa depan itu menakutkan, semua orang akan berubah seiring waktu berganti, kita gk bisa mengubah keadaan dan terus berharap hari ini akan sama dengan besok dan seterusnya. Tapi apapun yang terjadi tetaplah berjuang! Nikmatin apa yang sudah kita punya, habiskan waktu sebanyak mungkin dengan orang yang kita sayang, intinya tetap berjuang untuk apapun mimpi kita kedepannya. 

So this is it, mt prespektif or POV setelah menonton film Little Women, aku sebenarnya mau membahaa banyak point lain selain yang diatas but anyways thats all yang bisa aku sampaikan sekarang, so yeah thanks for u to read this blog sampe titik ini, mybe ill see u again di postingan blog berikutnya, kalau ada kesempatan dan u know sehat2, intinya all good luck for us. See ya ☺️   

Komentar

Postingan Populer